Paparan Radiasi Ponsel Tak Baik Untuk Janin

Kamis, 19 Juli 2012

| | |


REPUBLIKA.CO.ID, Ibu hamil yang menggunakan ponsel dapat membuat bayi mereka berisiko mengalami masalah perilaku. Peneliti dari Yale University menemukan paparan radiasi dari ponsel selama kehamilan mempengaruhi perkembangan otak anak, kecemasan aktivitas, dan miskin memori.

Bahaya paparan radiasi ponsel ini, berdampak pada peningkatan jumlah kasus ADHD pada anak-anak, yang terjadi akhir-akhir ini. ADHD adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktif dan impulsif.
Di antara tiga dan tujuh persen dari anak usia sekolah menderita gangguan tersebut. Anak yang terkena cenderung berkinerja buruk di sekolah dan berada pada peningkatan risiko kenakalan.

Penelitian dampak radiasi ponsel ini, dilakukan dengan menggunakan sampel tikus yang sedang hamil. Para peneliti mengukur aktivitas listrik otak dari tikus dewasa yang terkena radiasi sebagai janin dan melakukan serangkaian tes psikologis dan perilaku.

Mereka menemukan bahwa tikus yang terkena radiasi cenderung lebih hiperaktif dan mengalami peningkatan kecemasan dan kapasitas memori berkurang. Penelitinya, Profesor Hugh Taylor, mengatkan bahwa masalah perilaku pada tikus yang menyerupai ADHD disebabkan oleh paparan ponsel di dalam rahim.

“Kenaikan gangguan perilaku pada anak-anak manusia mungkin sebagian akibat paparan radiasi telepon selular pada janin,” ujarnya seperti dilansir dari Dailymail, Ahad, (18/3).

Namun hasil penelitian ini, ditolak mentah-mentah oleh para ilmuwan dari Inggris. Menurut mereka, penelitian itu tidak benar, karena hanya menggunakan tikus sebagai sampelnya. “Padahal masa hamil tikus itu hanya 19 hari, sedangkan manusia 9 bulan lebih, jelas beda pengaruh radiasi ponsel pada pembentukan otak janinnya,” ujar Profesor Jim Stevenson dari Universitas Southampton, Inggris.

Perkembangan Otak Anak

| | |
Pasangan suami -istri yang baru menikah tentu akan mendambakan datangnya sang anak. Kadang kehadiran anak di alam dunia ini oleh pasangan suami-isteri yang baru, jenis kelamin tak pernah menjadi prioritas utama, laki-laki atau perempuan sama saja. Kegembiraan suami-istri akan lahirnya si kecil  membawa suasana lebih harmonis dan lebih sempurna. Namun perlu diketahui bersama oleh para pasangan suami-isteri, bahwa perkembangan si kecil terutama perkembangan otaknya perlu mendapat perhatian yang serius baik sebelum proses kelahiran maupun pasca kelahiran. 


Penjelasan Dr. Eddy Supriyadi, Sp.A, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu :
  1. Lingkungan yang aman dan nyaman, adalah lingkungan yang sangat dibutuhkan dalam proses perkembangan otaknya dan berilah respon saat bayi sedang menangis maupun sedang mengoceh;
  2. Pengalaman positif, adalah pengalaman yang diterima setiap hari sangat membantu perkembangan otak anak, antara lain, pengalaman kegiatan bersama anak, kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak anak ke pasar atau ke toko sangat penting untuk pembentukan jaringan perkembangan sel otak.     
Perlu diwaspadai dan diketahui oleh pasangan suami-isteri/orangtua, bahwa saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol, dimana kadar zat kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak anak. Artinya, seorang bayi, anak-anak diusahakan dalam hidup dan kehidupannya untuk tidak merasa tertekan akan hidup dan kehidupan orangtuanya maupun lingkungannya.

Dr. Eddy memberikan 10 tips bagi pasangan suami-isteri/orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak:
  1. Beri perawatan dan kasih sayang yang kuat selama masa kehamilan;
  2. Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI;
  3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak;
  4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak;
  5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi;
  6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama;
  7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya;
  8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya; 
  9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda; 
  10. Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.
Wahai orangtua/pasangan suami isteri, Waspadalah terhadap perkembangan otak anak kita!